Khutbah Idul Adha Singkat Terbaru 2024: Ikhtiar Mengembalikan Kemuliaan dan Kehormatan Umat Islam
Bismillahirahmanirrahim
بسم الله الرحمن الرحيم
الله اكبر 9
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا, لا اله الا الله ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون, لا اله الا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وهزم الاحزاب وحده, لا اله الا الله الله اكبر الله اكبر ولله الحمد .
الحمد لله الذى لك الحمد, والنعمة, ولك الملك لا شريك لك, القائل فى كتابه : ( قل اللهم مالك الملك تؤتى الملك من تشاء, وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير انك على كل شيئ قدير), والصلاة والسلام على من سن بقوله: »أيها الناس ان دماءكم واموالكم حرام عليكم كحرمة يومكم هذا فى شهركم هذا فى بلدكم هذا ألا كل شيئ من امر الجاهلية تحت قدمي موضوع« وعلى اله واصحابه ومن والاه. اشهد ان لا اله الا انت وحدك لا شريك لك وأشهد ان محمدا عبدك ورسولك.
أما بعد
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah subhanahuwataalah
Alhamdulillah, saat ini kita tengah merayakan hari raya Idul Adha, atau hari raya Qurban, merupakan hari Besar Islam yang sepatutnya kepada seluruh kaum muslimin, bergembira menyambut hari yang mulia ini, sembari mengumandangkan takbir dan tahmid. Kita memuji dan mensyiarkan kebesaran Allah, kita syukuri Rahmat dan KaruniaNya, dan perayaan ini mengingatkan kita pada risalah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail anaknya sebagaimana yang diabadikan dalam al-Qur’an.
Risalah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, memang sangat mengesankan jika kita renungkan secara seksama, betapa seorang Bapak rela melepas sesuatu yang paling mahal, “buah-hati” dalam hayatnya demi memenuhi sebuah seruan. Disinilah menunujukkan bahwa bagaimanapun kepentingan Allah berada diatas segenap kepentingan, bahkan seluruh kepentingan yang ada akan gugur bila berhadapan dengan kepentingan Allah. Kecintaan kepada anak memang suatu kepentingan, namun kecintaan dan ketundukan kepada instruksi Allah berada pada puncak seluruh kepentingan. Ketegaran sikap ini muncul dari penghayatan terhadap firman Allah,
Artinya ; “Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (QS adz-Dzaariyaat : 56)
Allah(u) Akbar Allah(u) Akbar Allah(u) Akbar
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah subhanahuwataalah
Bahwa Idul Qurban, adalah patut kita menyambutnya dengan kegembiraan, kendatipun kenyataannya menunjukkan bahwa kita merayakannya ketika seluruh kehormatan dan kemuliaan yang telah dilekatkan oleh Rasulullah Saw pada umat ini telah dinodai oleh orang-orang kafir, Munafik dan Dzalim. Ketika darah umat Islam, yang merupakan kehormatan dan kemuliaan mereka, ditumpahkan di depan mata mereka tanpa ada pembelaan sedikitpun.
Contoh paling gamblang adalah pembantaian yang dilakukan kaum Yahudi terhadap umat Islam Palestina, mereka terus di dzalimi, setiap saat mereka terancam jiwanya atas sikap kebiadaban Yahudi, dan kemudian mereka di cap sebagai teroris.
Pembantaian dan kebiadaban tentara Rusia terhadap Umat Islam Checnya, pembantaian dan kebiadaban kaum Hindu-India terhadap umat Islam Gujarat, pembumihangusan bumi Afganistan oleh pasukan Amerika. Tidakkah semua itu merupakan bukti-bukti yang nyata ?
Dimanapun umat Islam berada, seolah mereka menjadi santapan yang dikelilingi umat dan bangsa yang lain, laksana serigala-serigala buas dan kelaparan yang tengah mengintai dan mengepung se-ekor domba. Rasulullah Saw telah menggambarkan kondisi semacam itu dalam haditsnya :“Kalian benar-benar dikelilingi umat dan bangsa (lain), sebagaimana kalian mengelilingi hidangan, di mana mereka mengambil makanan darinya.” (H.r. Ahmad dari Tsawban).
Yang lebih menyedihkan, hampir seluruh penguasa mereka, yang seharusnya menjadi pengayom dan pembela mereka, justru telah bekerjasama dengan orang Kafir untuk menodai Kehormatan dan Kemuliaan mereka. Ketika orang-orang Kafir yang di pimpin Amerika mengobarkan perang salib, dengan apa yang mereka sebut Perang melawan terorisme.
Mereka dengan semena-mena melakukan pengejaran, penangkapan dan penyiksaan terhadap kaum muslimin. Banyak diantara penguasa-penguasa, termasuk penguasa di wilayah muslim ikut latah menuduh apa yang mereka sebut Jamaah Islamiyah sebagai jaringan al-Qaidah, tanpa mengetahui wujud dan bentuknya. Sehingga tuduhanyapun dialamatkan kepada perjuangan penegakan syari’at Islam.
Umat Islam tidak mampu berbuat apa-apa, sekalipun kita mengerti bahwa Jamaah Islamiyah versi Amerika bukan berasal dari Islam dan tidak dikenal oleh umat Islam. Dan Perjuangan Penegakan Syari’at Islam, sama sekali tidak identik dengan terorisme.
Sebagai satu bentuk gambaran atas ketidakberdayaan kaum muslimin adalah hal menimpa Ustdz Abu Bakar Baasyir, beliau di paksa keluar dari RS PKU Muhammadiyah Surakarta, untuk dibawah ke Jakarta. Rasa kemanusiaan, Simpatik maupun tangis kepedihan tidak dapat mencegah terjadinya peristiwa memilukan itu.
Sosok Abu Bakar Ba’syir yang telah menghibahkan hidupnya untuk tegaknya syari’at Islam, merupakan personifikasi kondisi obyektif umat Islam Indonesia kini. Umat Islam bagai sosok lelaki tua, terbaring tidak berdaya, papa, sakit-sakitan, di dzalimi, tidak dilindungi hukum, dan dituduh teroris pula.
Istilah teroris dilekatkan pada umat Islam yang berpegang teguh pada aqidah Islamiyah dan berjuang untuk tegaknya Syari’at Islam. Mereka mngadopsi pandangan kaum Yahudi bahwa musuh mereka adalah kaum fundamentalis yang memiliki ciri-ciri khusus, sebagaimana ditulis oleh mantan Presiden AS Ricard Nixon dalam size moment sebagai berikut : 1) Anti perdaban Barat. 2) Berkeinginan menerapkan Syari’at Islam. 3) Akan membangun peradaban Muslim. 4) Tidak memisahkan antara Islam sebagai Agama dan Negara. 5) Menjadikan Sunnah Rasulullah sebagai panduan kehidupan.
Kelima ciri inilah yang dijadikan parameter untuk menilai sebuah gerakan Islam apakah moderat atau fundamentalis. Karena itu gerakan Islam yang hendak membangkitkan supremasi Islam disebut sebagai gerakan fundamentalis yang identik dengan teroris.
Begitulah, musuh Islam Islam selalu melakukan kekejaman terhadap kaum muslimin. Mereka tidak mengenal akhlak perang. Mereka menyebarkan narkoba dan minuman keras. Mereka itulah sesungguhnya teroris! Tindakan melawan/memerangi mereka tidak bisa dikatakan sebagai terror, melainkan sebagai jihad dalam melawan kejahatan dalam rangka tegaknya kebenaran dan keadilan. Karena itu jihad dan perang dalam Islam bukanlah sesuatu yang terlarang, bahkan ia menjadi wajib karena Jihad dan perang dalam Islam adalah untuk menegakkan kebenaran.
Allah SWT, berfirman.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan) “ (QS. al-Anfal : 60).
Rasulullah bersabda Artinya : “Barang siapa mati sebelum berperang, dan tidak pernah berniat berperang (untuk menegakkan kebenaran), maka ia mati dalam kemunafikan. “ (HR Muslim).Dalam Islam, pilihan bertahan hidup hanya jika kemuliaan dalam hidup ini masih mendapatkan tempat untuk dipertahankan. Karena itu Islam mengajarkan suatu prinsip
“Hidup Mulia atau Mati Syahid”
Kaum Muslimin rahimakumullah
Sungguh, kehinaan demi kehinaan, pertumpahan darah dan penjarahan kekayaan alam, di keruk, di rampok di depan mata tanpa pembelaan sedikitpun, semua itu dilakukan atas nama privatisasi, konsesi, kontrak karya, Penanaman Modal Asing, dan berbagai dalih lain yang menunjukkan ketidakberdayaan dan kehinaan kita. Padahal harta-harta itu merupakan kehormatan dan kemuliaan yang harus dipertahankan. Rasulullah Saw telah berwasiat di dalam khutbah ‘Arafahnya :
“Wahai para manusia, sesungguhnya, darah-darah kalian dan harta-harta kalian merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari kalian ini, di bulan dan negeri kalian ini.” (H.r. Muslim dari Jabir).
Kita merasakan betapa bangsa yang besar, Indonesia yang kita cintai ini sedang mengalami kemerosotan martabat, kehormatan dan kemuliaan kita sirna, secara fisik kita memang merdeka, tetapi jauh dibalik kemerdekaan yang semestinya itu, sesungguhnya kita sedang mengalami penjajahan baru, dengan apa yang di sebut “intervensi Asing”, di mana Indonesia layknya akan menjadi “Provinsi” bahkan “Kelurahan” dari Negara Asing, sungguh merupakan suatu kemerosotan dan kehinaan tiada tara. Namun apa hendak di kata Inilah kenyataan yang kita alami saat ini. Intervensi Asing kembali di depan mata!”.
Padahal dengan melihat pengalaman bangsa kita dimasa Orde Lama dan Orde Baru dan menghubungkannya dengan masalah kemerdekaan, rasanya sebagai bangsa kita telah berulangkali menjadi korban tipudaya Asing.
Pertamakali, kita ditipu oleh propagandis komunisme yang menyebarkan janji-janji indah sosialisme kepada rakyat miskin sambil menyebarkan semangat permusuhan sesama kita, dan akhirnya mereka menggadaikan kemerdekaan yang kita raih bersama dengan menukarnya dengan kediktatoran Orde Lama tanpa imbalan apa-apa, yang pada gilirannya membuat kaum kapitalis Barat memiliki alasan untuk melakukan intervensi guna menggulingkan Soekarno lalu “mencaplok” negeri kita.
Keduakali, kita di tipu oleh propagandis Demokrasi yang bermuka dua. Yaitu kaum yang bermuka manis, pandai merangkai dan bertutur bahasa halus tapi berhati bengis. Mereka adalah kaum yang dikatakan pepatah ‘Musang berbulu Ayam’ atau ‘Serigala Berbulu Domba’. Dari mulut mereka keluar ucapan:’Tegakkan Demokrasi dan Lindungi Hak_Hak Asasi’. Tapi perbuatan mereka sehari-hari justru mematikan demokrasi dan menindas hak-hak asasi. Mereka telah menggulingkan Soekarno dengan alasan anti-demokrasi dan penindas hak-hak rakyat. Tapi setelah itu mereka dukung Soeharto dan menyuruhnya melanjutkan politik Soekarno dengan alasan pembangunan memerlukan stabilitas nasional.
Akhirnya Pemerintah Orde Baru-pun, bukan saja telah menggadaikan kemerdekaan rakyatnya demi mendapat pinjaman dana pembangunan, namun lebih dari itu semua, ia bahkan terpaksa menjual kedaulatan dan kehormatan pemerintah dan bangsa Indonesia ke IMF yang selanjutnya mengatur dan mengendalikan rumah tangga bangsa ini.Ketigakali, di era Reformasi ini kita menjadi negara penerus segala tipu daya asing tersebut. Negeri besar yang telah menggadaikan kemerdekaannya. Bangga dengan segala ketergantungannya kepada tekanan asing Amerika dan sekutunya. Ironisnya, para elitnya membangun keyakinan, bahwa tanpa Amerika maka negeri ini tidak pernah menjadi apa-apa.
Pemimpin-pemimpinnya tanpa malu berlomba-lomba mencari muka ke Amerika, dengan mengorbankan rakyatnya bahkan tak peduli dengan kepentingan rakyatnya, hanya karena mimpi menjadi Presiden RI dibawah ketiak Amerika.Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Demikian sekelumit pemandangan yang kita dapat saksikan. Dimana Kemuliaan dan Kehormatan semakin menyedihkan, sementara orang-orang asing sedang memposisikan kita bagaikan sebuah hidangan yang sedang diperebutkan. Keadaan ini mengingatkan kita kepada suatu kisah, dialog yang pernah terjadi antara junjungan kita, Muhammad Saw dengan Jamaah Islamiyah yang dipimpn dan dibinanya :
“Akan datang suatu masa, di mana ummat-ummat/bangsa-bangsa lain akan berdatangan memperebutkan kamu, hampi-hampir ibarat segerombolan orang-orang rakus, berkerumun, berebutan di sekitar hidangan makanan mereka”.
Begitulah yang pernah diramalkan Rasulullah Saw.
Saudara-saudara. …! Mendengar itu para sahabat keheranan, dan bertanya,
“Apakah gerangan lantaran waktu itu kita berjumlah kecil”
“Kata Rasulullah. Bukan! Kamu tidak kecil. Jumlahmu bahkan lebih besar, tetapi kualitasmu adalah seperti buih yang terapung-apung di atas air bah.”
Ibarat buih terapung-apung di atas air. Bisa di bawah hanyut, bisa terdampar dan atau didamparkan ke pinggir. Tidak memiliki daya gerak. Kalaupun bergerak, hanya lantaran menumpang kepada gerak angin atau arus. Terserah ke arah mana saja hendak dibawahnya.
Kondisi demikian dilukiskan Rasulullah Saw, lantaran telah tercerabut rasa takut dari hati lawan-lawanmu. Dalam pada itu telah tertanam kelemahan jiwa dalam hatimu sendiri.
“Kelemahan Jiwa di maksud adalah ‘Rakus dunia dan takut mati’.
Allah(u) Akbar Allah(u) Akbar Allah(u) Akbar
Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Musibah demi musibah yang tak henti-hentinya menimpa bangsa kita. Jerit kepedihan dan linangan air mata sudah tidak mampu mengatasi kondisi yang kian berat dirasakan. Berbagai kerusuhan sosial, Pembunuhan, Pemerkosaan, Banjir Lumpur, tanah longsor, dekadensi moral serta gangguan keamanan yang dapat terjadi setiap saat.
Siapakah yang peduli dengan nasib saudara-saudara kita yang tiba-tiba saja perkampungannya terbakar habis, atau hanyut di bawah banjir dan tanah longsor? Adakah telinga yang masih mendengarkan jeritan pilu pengungsi? Masihkah ada Nurani pemimpin Bangsa ini untuk mengantar bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki kemuliaan dan bermartabat ?
Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa, didalamnya tersimpan ancaman malapetaka. Kini terdapat sekitar 49 juta pengangguran, 7 juta pengungsi dan ratusan ribu diantaranya yang tinggal di tenda-tenda darurat, lebih dari 37 juta rakyat miskin, belasan juta menjadi korban narkoba, sementara kekayaan negeri ini dikuasai segelintir konglomerat bersama sekutu-sekutu asingnya.
Harga-harga kebutuhan pokok naik melambung, seiring dengan naiknya BBM, TDL dan telpon, walaupun kemudian dinyatakan ditunda untuk sementara waktu. Tentu saja semua ini, semakin menyengsarakan kehidupan rakyat negeri ini. Tragisnya dalam duka nestapa ini, para konglomerat hitam dan koruptor malah ongkang-ongkang kaki, bukan saja mereka tidak tersentuh hukum, bahkan yang sudah duduk dikursi terdakwa pun bisa bebas begitu saja tanpa rasa bersalah.
Hadirin Rahimakumullah
Selanjutnya, negara kita seakan menjadi wadah pembuangan sampah ma’siat seluruh dunia. Setelah pemerintah mengizinkan lebih dari 48 negara bebas visa masuk ke Indonesia, para importir ma’siat dengan leluasa menjalankan bisnis haramnya. Negeri ini menjadi syurga wisatawan asing, tempat transaksi ekstasi dan prostitusi, seakan kita telah kehabisan rasa malu ketika menyaksikan wanita-wanita kita menjadi budak nafsu, atau para remaja gigolo pemuas seks wisatawan asing.
Berpuluh-puluh tahun sudah kita hidup berbangsa dan bernegara, di bawah pemerintahan, apa yang kita dapatkan selain kehancuran dan kehidupan nista di bawah tekanan negara asing. Apakah yang masih mengikat kita sebagai negara Indonesia yang berdaulat? Sempurnalah derita bangsa ini, selain terkenal sebagai sarang koruptor, sarang pelacur, sarang penjudi, sarang narkoba dan sekarang muncul lagi predikat terbaru sebagai sarang teroris.
Para pemimpin negeri ini telah sukses mengangkat derajat bangsa dan negara kita keperingkat paling hina, karena hilangnya harga diri, keberanian dan moral.Allah (u) Akbar Allah (u) Akbar Allah (u) Akbar
Kaum Muslimin rahimakumullah
Jika demikian kondisinya, patutkah kita menggantungkan hidup dan harapan bangsa ini di pundak-pundak orang asing? Sementara masa depan bangsa semakin berada dalam ketidakpastian ?
Kini saatnya, bangsa dan negara yang kita cintai ini, di dorong untuk menemukan solusi mengatasi krisis multidimensional yang berkepanjangan ini. Kita yakin, seyakin-yakinnya bahwa bangsa yang mayoritas muslim ini, akan menemukan kemuliaan dan kehormatannya bilamana Syari’at Islam diberlakukan.
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. al-A’raaf : 96)
Alla(u) Akbar, Alla(u) Akbar, Alla(u) Akbar Walillahilhamdu
Dipenghujung khotbah ini, marilah kita bermunajat kehadirat Allah subhanahuwataalah, sembari menghadapkan pikiran dan hati kita kepadanya.
Ya Allah, di hari yang mulia ini, hamba-hambamuyang penuh dosa dan kesalahan bersimpuh dan memohon pada-Mu dengan sebaik-baik permohonan, sebaik-baik do’a.
Ya Allah, Engkau maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa kedua orang tua kami yang telah membesarkan dan membimbing kami. Sayangila mereka yan Allah sebagaimana ia telah menyayangi kami.
Ya Allah, berilah kami rasa takut kepada-Mu yang bisa menghalangi berbuat durhaka kepada-Mu. Berilah kami ketaatan kepada-Mu yang dapat menghantarkan kami kepada syurga-Mu. Kuatkanlah Iman kami, berilah kekuatan kepada kami, hamba-hamba-Mu yang sedang menghadapi fitnah musuh-musuh-Mu.
Ya Allah, teguhkanlah Iman kami, baikkanlah pemahaman agama kami yang menjadi pegangan urusan kami, dan baikkanlah dunia kami dimana kami hidup di dalamnya, baikkanlah akhirat kami dimana kami akan kembali kepadanya. Jadikanlah kehidupan ini bekal untuk kami dalam segala kebaikan. Jadikanlah kematian sebagai tempat istirahat untuk kami dari segala keburukan.
Ya Allah, jadikanlah al-Qur’an lebih utama bagi kami di atas orang yang mendzalimi kami. Tolonglah kami atas orang yang memusuhi kami, janganlah engkau jadikan bencana agama kami dan jangan Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami yang paling besar dan menjadi tujuan hidup kami. Janganlah engkau beri kekuasaan kepada mereka yang tidak menyayangi kami.
Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah, Jadikanlah kesudahan semua urusan kami dengan kesudahan yang baik dan selamatkanlah kami dari kehinaan hidup di dunia dan jauhkanlah kami dari azab-Mu yang pedih.
Ya Allah, jadikanlah akhir hidup kami dengan kehidupan sebaik dan semulia-mulianya di sisi-Mu. Jadikanlah akhir amal kami dengan sebaik-baiknya amal. Jadikanlah sebaik-baik hariku, adalah hari pertemuan dengan-Mu.
Ya Allah, aku memohon pada-Mu kehidupan yang tenang dan mulia di sisi-Mu, kematian yang sempurna yang terbebas dari kehidupan yang hina dan nista.
Ya Allah, Jangan Engkau biarkan kemerdekaan diri dan bangsa kami tergadai oleh utang. Jangan Engkau tinggalkan satu keperluan di antara keperluan-keperluan dunia kecuali Engkau menyelesaikannya. Wahai yang Maha Penyayang diantara yang penyayang. Terimalah do’a kami Yaa Arhamarrahimin. Amin ya Rabbal ‘alamin.
sumber: tongkronganislami.net
Baca juga : Khutbah Idul Adha: Memaknai Wasiat Nabi Ibrahim AS