Kunci Membuat Foto yang Juara Saat Mengikuti Lomba Fotografi
Tips membuat foto yang juara ketika mengikuti lomba foto salon fotografi
mrfdn - Sudah lama sekali rasanya saya tidak bertemu dan berbagi pengetahuan bersama teman-teman foto. Sampai akhirnya hari ini saya menghadiri suatu pameran foto yang diadakan oleh komunitas kampus.
Komunitas kampus yang dahulu tempat saya tumbuh dan mengetahui banyak pelajaran tentang fotografi. Sejak masih kuliah saya senang sekali mengikuti kajian tentang fotografi. Entah itu seminar foto, talkshow, pameran foto.
Pada pameran foto tersebut terdapat sharing session yang kembali dibawakan oleh kak Fahmi. Dia pun membawakan materi tentang salon fotografi , dan karya-karya foto piktorial yang kiranya bisa bersaing di lingkup salon fotografi.
Para peserta mengikuti materi sharing foto tersebut dengan seksama, khsusnya bagi adik-adik pemula fotografi. Karena ilmu yang disajikan adalah ilmu daging. Termasuk saya yang merasa ini pasti sulit saya temukan lagi.
Setelah materi selesai dibawakan, kita berkumpul di satu sudut cafe tempat acara pameran ini diadakan. Disitu ada kak fahmi dan juga teman-teman seangkatan saya sewaktu belajar fotografi dulu. Saya pun mulai mengajukan satu dan dua pertanyaan tentang fotografi kepada kak fahmi.
Pertanyaan saya singkat, namun dijawab dengan penggambaran yang bisa membuka pandangan saya tentang fotografi.
Supaya tidak lupa, saya langsung membuat tulisan ini segera setelah saya sampai di rumah.
Ada beberapa hal yang dijelaskan oleh kak fahmi. Kira-kira yang saya tangkap seperti berikut ini.
1. Foto piktorial itu adalah foto tentang keindahan
Sejak abad ke 19 orang sudah membuat foto piktorial. Foto piktorial yang paling baik adalah foto yang selalu teringat “remembering”
Kamu mungkin pernah mendengar atau pernah melihat bahwa foto yang bagus itu selalu diingat. Yap, bisa jadi itu adalah foto piktorial.
Tapi tidak mudah sampai disitu. Foto piktorial itu sudah matang dari komposisi, kemudian dibuat indah dengan adanya objek “hidup” di dalamnya. Objek hidup seperti orang, ekspresi, gerak, dan lain-lain. Ketika dilihat foto tersebut seperti hidup. Intinya seperti itu.
Coba bayangkan pernahkah kamu melihat foto yang paling berkesan seperti itu?
2. Untuk mempelajari fotografi awalnya kita harus mengetahui komposisi
Komposisi dari dasar sekali adalah diawali dari sebuah titik, kemudian titik ditarik menjadi garis, kemudian garis ditarik menjadi bentuk, kemudian bentuk ditarik menjadi ruang. Jadi semua berawal dari titik.
Titik menjadi satu hal yang membentuk semua elemen-elemen pada karya foto. Titik juga merupakan sebuah hal yang dasar yang dilakukan pada seni lukis.
3. Apa yang dilakukan ketika melakukan kurasi foto?
Hal paling pertama yang dilakukan oleh juri saat melakukan kurasi foto adalah menilai kesesuaian foto dengan tema, menilai komposisi dan teknis foto dalam hal ini exposure, kemudian menilai sisi kreativitasnya.
Yang terakhir itu adalah tentang
- Bagaimana foto itu bisa “terasa” berbeda dengan foto lain?
- Bagaimana foto itu bisa “punya” nilai plus dari yang lain?
- Adakah hal yang membuat foto itu terasa hidup?
Disitu juri foto kadang beradu argumentasi untuk menilai satu foto tertentu. Ada yang suka ada juga yang tidak.
Namun jika beberapa hal yang terakhir itu tidak ada pada suatu foto yang dikurasi, maka foto bisa dikurasi sebatas hal yang paling pertama saja yaitu komposisi, dan teknis fotografinya saja.
4. Istilah studium dan punctum
Studium dan punctum adalah istilah yang dipopulerkan oleh Roland Barthes dalam bukunya Camera Lucida.
Saya baru mendengar istilah ini.
Saat dijelaskan saya menangkap bahwa Studium itu adalah sisi teknis (komposisi, exposure, teknik yang digunakan). Sedangkan punctum merupakan hal yang membuat foto itu hidup, remembering, terus diingat, eye catching dll.
Efek punctum itu lah yang menjadi hal yang paling membuat foto terasa punya power. Bisa karena bercerita, hidup, dll.
Menciptakan foto yang selalu bisa diingat adalah bukan hal yang mudah. Kita harus sabar dalam memotret.
Bukan hanya ketika riset, seperti membaca, atau menambah referensi foto. Tetapi ketika hunting pun begitu.
Banyak orang yang tidak sabaran ketika memotret, baru membuat satu atau dua foto saja sudah menganggap dirinya sudah membuat satu foto yang bagus.
Itu tidak salah selama fotonya memang bagus. Tetapi untuk tahap belajar, mari perbanyak lagi referensi.
Video penjelasan tentang studium dan puctum dalam fotografi
Kesimpulan
Inti dari tulisan ini adalah bagaimana saya bisa membuat foto yang sangat bagus? Secara tidak sadar di dalam benak saya pun terinstall satu kata kunci yaitu “foto yang remembering”
Yaitu bagaimana saya bisa membuat foto yang bisa diingat oleh semua orang.
Bagi saya salon foto bukanlah suatu tujuan, namun ketika saya mampu untuk menilai satu foto bagus atau tidak setidaknya saya sudah mengantongi sebuah ilmu yang sangat “daging” malam ini yaitu “punctum/remembering”.