Nasihat Orang Tua yang Sering Dilupakan Ketika Anak Belajar

mrfdn author

Rafi

Tidak dipungkiri, bahwa anak sekarang akan memiliki banyak waktu yang dipergunakan untuk belajar. Penerapan sekolah full day, membuat anak kita akan mengikuti aktifitas belajar secara formal sekurang-kurangnya sejak jam tujuh pagi, hingga jam setengah tiga sore. Tidak kurang seabrek kursus dan les yang mereka juga ikuti selepas pulang dari sekolah.

Sekolah yang dikemas dengan konsep “belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar” itu memang sangat mengasyikkan, sehingga kita, sebagai orang tua tidak khawatir kalau-kalau anak merasa bosan untuk belajar. Wal hasil, hampir setiap hari anak-anak akan berada di luar rumah untuk menjalankan aktifitasnya tersebut.

Meski demikian, sistem belajar seperti ini bukan sistem yang tidak memiliki celah atau kekurangan, salah satu kekurangan yang bisa kita lihat secara terang adalah kurangnya interaksi antara orang tua dan anak. Tentu belajar adalah bagian dari hal yang diprioritaskan di dalam Islam, tapi tidak kah kita sadari bahwa kita sebagai orang tua juga berkewajiban untuk mendidik anak dengan tangan, lisan dan tingkah laku kita sendiri?

Mari kita lihat realita, apa yang dilakukan anak selepas pulang dari sekolah atau tempat kursus mereka? Salah seorang anak yang pernah kami tanya, ia menjawab, kalau selepas sekolah ia pulang dan hanya akan mengambil gadget orang tuanya untuk bermain game sebentar, lalu terlelap. Anak lain lagi mengatakan, jika ia hanya tinggal tidur karena kelelahan dan besoknya harus mengikuti kegiatan sekolah yang padat. Jika demikian, kapan waktuyang bisa dipergunakan untukberinteraksi dengan anak?

Memberi Nasihat adalah model orang tua di dalam al-Qur’an

Orang tua, sadarilah ini.

Hal yang terluput dari kita adalah nasihat. Padahal di dalam al-Qur’an kita akan menemukan model orang tua dari para Nabi dan ahli hikmah yang senantiasa menasihati anak keturunan mereka. Seperti nasihat Nabi Ibrahim dan Ya’qub:

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ [٢:١٣٢]

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Nasihat yang terbaik kepada anak adalah nasihat yang keluar dari lisan orang tua dengan baluran kasih sayang keduanya, demikian petuah hikmah. Nasihat yang hinggap di hati buah-buah hati orang tuadan kelak menjadi pedoman mereka saat mengarungi kehidupan. Itulah mengapa di dalam al-Qur’an kita banyak menemukan model orang saleh yang basah lisan untuk menasihati anak cucu mereka.

Nasihat yang sering dilupakan orang Tua

Syaikh Muhammad Syakir memberikan wejangan yang sangat indah dalam hal nasihat kepada anak. Dalam kitabnya washaya al-Abaa’ li al-Abnaa (wasiat-wasiat orang tua kepada anak), beliau menuliskan beberapa nasihat yang harus diberikan orang tua kepada anaknya. Salah satunya adalah nasihat dalam proses belajar dan menuntut ilmu.

Syaikh Muhammad Syakir menasihati:

يا بني: إذا لم تزين علمك بكرم اخلاقك كان علمك أضر عليك من جهلك فإن الجاهل معذور بجهله ولا عذر للعالم عند الناس إذا لم يتجمل بمحاسن الشيم

“Duhai Anakku, Jika engkau tidak menghiasi ilmu-mu dengan akhlaqul karimah, maka sungguh ilmu itu lebih merugikan dibanding kebodohanmu. Karena orang bodoh akan senantiasa dimaafkan dan dimaklumkan tersebab ketidaktahuan mereka. Sementara tidak ada alasan bagi orang berilmu jika tidak memperindah diri dengan laku kebiasaan yang elok”.

Nasihat indah Syakir ini kiranya menyadarkan kita sebagai orang tua bahwa anak yang kita sekolahkan seharian dengan seabrek aktifitas belajar harus mengetahui guna ilmu yang mereka pelajari. Dan akhlak yang baik itulah sebagai salah satu dari buah ilmu tersebut. semakin banyak ilmu yang anak kita miliki, hendaknya semakin lembut pula perangai kata, dan tingkah laku mereka.

Dengan begitu, maka pelajaran tentang bagaimana memperlakukan ilmu tersebut adalah sesuatu yang penting. Di sini tentu orang tua menjadi aktor penting di dalam membiasakan anak untuk memperlakukan ilmu sebagaiamana yang diajarkan di dalam tuntunan Islam. bahwa Ilmu tersebut difungsikan untuk melahirkan akhlak-akhlak baik yang menghiasi diri, dalam setiap tumbuh kembang anak.

Apa artinya, jika anak bertitel menterang tetapi menjadi manusia yang individual. Begitu pula, tak ada harganya anak meraih tingkat pertama di sekolah tetapi kepada orang tua selalu membantah. Bukan sepenuhnya kesalahan anak jika terjadi demikian, sebab yang pertama harus dikoreksi, sudah kah orang tua menasihati? Wallahu a’lam.

Sumber : Tongkronganislami

mrfdn author

Rafi

  • 15 year+ of Linux user.
  • 5 years+ blogger and web developer.

Jika artikel yang dibuatnya ternyata bermanfaat, support dengan cara

Baca juga